Tentang Bagaimana Kita Menuliskan Cerita Hidup

Artikel ini merupakan artikel guestpost oleh Helmi Santosa, seorang blogger dengan blognya yang berjudul naftlo.id.  Silahkan mampir ke blognya ya! 

Pengalaman kita selama menjalani hidup ini boleh jadi sangatlah menginspirasi, meski mungkin dampaknya tak sebesar tokoh-tokoh terkemuka. Namun, jika tidak diabadikan, ia bisa saja tak lagi memberikan sebuah arti.

Permulaan yang Mainstream

Saya hobi jalan. Pergi jauh ke suatu destinasi yang belum pernah dikunjungi sebelumnya, lalu mendokumentasikannya ke dalam arsip dokumen pribadi.

Biasanya saya selalu pergi bersama seorang kawan saya. Atau, bila sedang berhalangan, kami akan pergi sendiri-sendiri.

Terkadang jika kebetulan sama-sama ada waktu, seperti ketika sedang liburan, kami akan pergi dengan lebih banyak teman, lima sampai enam orang.

Hingga ketika kegiatan jalan-jalan tersebut sudah mulai bisa dijadwalkan/diruntinkan, tercetuslah sebuah ide.

“Ini aku yakin kita jalan-jalan gini nih pasti ada caranya biar bisa dapat duit. Yakin, pasti ada caranya!” ujar saya kepada kawan saya tersebut, melalui chat WhatsApp.

Kawan saya jelas setuju, tapi belum merespon dengan sebuah jawaban pasti. Mungkin karena kita waktu itu belum menemukan bagaimana caranya, masih berpikir.

Akhirnya, ide tersebut mengendap. Belum menguarkan aroma segarnya.

Tidak disengaja. Tiba-tiba saja. Sebelumnya tidak pernah terpikirkan. Ya, walau terdengar sangat mainstream, kenyataannya, memang begitulah awal mula kami mengeksekusi ide tersebut menjadi sebuah kesibukan baru. Merintis travel blog.

Bahkan, baru mulai saja ceritanya sudah membosankan, ‘kan? Hahaha …

Meski begitu, bagi kami berdua, prinsipnya sederhana saja.

Ketika kami usai mengunjungi suatu tempat dan mengambil gambarnya, biasanya foto-foto tersebut hanya akan disimpan di galeri, untuk selanjutnya mungkin hampir tidak pernah dibuka sama sekali.

Maka dari itulah kami mencoba untuk mendokumentasikannya di internet. Tepatnya, melalui sebuah blog.

Fase Paling Memuakkan

Setiap orang memiliki cerita jatuh-bangunnya sendiri, begitu pula saya, ketika sedang mulai merintis travel blog kami.

Waktu itu, karena belum punya cukup uang, situs travel blog yang hendak kami rintis ini mulanya saya buat di localhost. Ada alasan tersendiri kenapa saya tidak memulainya di layanan hosted milik WordPress.

Singkat cerita, beberapa konten berupa artikel pun selesai dibuat. Meski jumlahnya tak seberapa, itu sudah cukup memakan waktu dan tenaga.

Sebelumnya saya juga sudah mengatur tampilan situs tersebut dengan tema yang tersedia. Jadi, kalau uangnya sudah ada, tinggal di-online-kan, lalu diubah seperlunya.

Sial, entah mungkin karena memang kurang beruntung, laptop yang saya pakai ini sering sekali keluar-masuk bengkel, padahal terhitung masih baru.

Jadilah beberapa file penting termasuk folder XAMPP-nya harus berulang kali saya cadangkan.

Saya sendiri juga lupa bagaimana kejadian persisnya dan apa saya yang saya lakukan waktu itu.

Yang jelas, masa-masa ketika laptop saya sering diservis itu saja sudah membuat tekad saya untuk merintis sebuah travel blog, perlahan mulai pudar. Saya jenuh. Keadaan seperti tidak sepenuhnya berpihak kepada saya.

Kalian pikir inilah bagian yang memuakkan itu? Sayangnya, bukan. Kamvretmoment itu justru baru saja dimulai …

***

Saya sudah kembali memegang laptop yang, mungkin sudah kalian tebak, baru saja keluar dari tempat servis.

Ketika saya hendak membuka situs saya via localhost, betapa terkejutnya saya saat tahu bahwa ia tidak bisa dibuka, error.

Perasaan frustasi mulai datang dengan pasti, merayap dan menjalar di sekujur tubuh. Hitung kata-kata kotor yang kalian tahu, mungkin saya sudah mengucapkannya waktu itu. Haha …

Mencoba untuk tenang, saya mencoba googling, mencari solusi. Ketemu. Saya utak-atik XAMPP-nya hingga akhirnya situs saya bisa kembali diakses, dengan sebagian besar konten yang HILANG! Hanya tersisa satu, konten pertama yang saya buat.

Apa daya, saya akhirnya mengalah. Mencoba merenung dan berpikir kembali. Ini jelas salah satu pengalaman terkampret dalam hidup saya.

Kita Belajar Banyak dari Pengalaman

Setelah sekian lama tekad untuk merintis travel blog itu pudar, perlahan saya mulai menyadari sesuatu.

Kalau dipikir-dipikir, tulisan-tulisan yang saya buat waktu itu bisa dibilang sangat jelek.

Susunannya tidak rapi, tidak beraturan, tidak konsisten. Intinya, kacau.

Saya tersenyum sendiri. Semoga ini menjadi titik balik. Akhirnya, setelah saya memiliki uang yang dirasa cukup, saya langsung membeli layanan hosting beserta domainnya.

Langsung online, tidak perlu lagi melalui localhost. Saya berbenah cepat, meski dengan sumber daya yang masih seadanya. Membuat situs tersebut layak untuk dinikmati.

***

Mengenai tulisan, ketika hari-hari berjalan datar begitu saja saat saya sedang menulis artikel untuk situs tersebut, saya mencoba gebrakan baru.

Saya mengambil sebuah inisiatif, yaitu mencoba, untuk pertama kalinya, membeli sebuah novel.

Sebenarnya dari dulu saya sama sekali tidak tertarik dengan novel. Saya lebih senang buku-buku tentang sejarah perang atau apa pun itu, yang jelas, selain novel dkk.

Namun, melihat kenyataan bahwa novel memiliki para pembaca setia yang bahkan rela membelinya dalam jumlah banyak, muncul rasa heran sekaligus penasaran dalam diri saya, “Pasti ada alasan kenapa suatu novel bisa begitu diminati.”

Saya kembali googling, mencari rekomendasi novel, memilih kriteria yang sesuai, lalu membuat daftarnya. Singkatnya, novel pertama saya jatuh pada novel karya Tere Liye yang berjudul RINDU.

Setelah beberapa hari membaca novel tersebut dan kemudian tamat, saya menemukan jawabannya.

Ternyata, selain ceritanya yang memang menarik, gaya bahasa yang dipakai untuk menulis sebuah novel pun memiliki porsi besar untuk memengaruhi para pembaca agar betah berlama-lama membacanya.

Gaya penulisan, itu kuncinya. Itu yang perlu saya benahi ketika membuat konten artikel di travel blog yang sedang saya rintis.

Sulit? Jelas. Semuanya memang perlu dilakukan secara bertahap dan perlahan, sebelum akhirnya menjadi sebuah kebiasaan atau bahkan keterampilan.

Baca juga: 5 Cafe Ala Pantai Populer Cocok Buat Nongki di Akhir Pekan

Mencari Inspirasi di Jalan yang Buntu

Perasaan jenuh itu datang lagi. Saya mulai merasa bosan menulis cerita dan juga ulasan tentang suatu destinasi.

Karena merasa tak lagi produktif, saya mencoba mencari inspirasi. Mencari situs-situs menarik bertemakan traveling.

Sesaat, saya teringat sebuah nama yang waktu itu saya juga belum tahu itu apa. Saya hanya mendapatinya di salah satu video KokBisa?. Namanya TelusuRI. Mungkin sebagian besar dari kalian sudah tahu.

Saya mengetikkan nama tersebut di Google, dan menemukan situsnya.

Saya masuk. Ini menarik. Cerita-cerita yang dimuat di situs TelusuRI ini ternyata adalah tulisan karya para kontributornya.

Mereka mendaftar, lalu menuliskan cerita mereka di sana.

Dibuat penasaran, saya tertarik unutk ikut mencoba.

Kembali, singkat cerita, salah satu cerita perjalanan saya berhasil dimuat di sana. Itu adalah cerita tentang pengalaman saya melakukan bikepacker, atau ngelayab motoran.

Sendiri, selama seminggu penuh, awal puasa kemarin. Dari Jogja – Temanggung – Tegal – Temanggung – Gresik – Suramadu – Jogja (pulang).

Saya akui, dari kegiatan menulis cerita perjalanan tersebut (bukan mengulas), menumbuhkan suatu motivasi tersendiri bagi saya.

Mungkin sebelumnya konten-konten yang saya buat selama ini terlalu deskriptif, kurang menarik.

Padahal, dari sebuah pengalaman atau momen sederhana saja sudah bisa dibuat cerita yang menarik, yang penting tetap konsisten dengan tujuan awal pembuatan kontennya.

Sebuah pembelajaran yang efektif. Saya kembali berbenah; mengubah tulisan saya menjadi lebih naratif.

Memulai Pengalaman dari yang Sudah Berpengalaman

Lewat beberapa bulan setelah merintis blog, momen-momen stuck itu kembali datang. Kali ini lebih ke perasaan “Ah, kok gini-gini aja ya blognya?”.

Lagi-lagi, saya harus mencari solusi. Saya pun mencoba blog walking, melihat-lihat ke situs travel blog terkemuka yang sudah lama berdiri. Sekadar membaca apa saja yang menurut saya menarik.

Ada sekira lima atau enam travel blog yang saya kunjungi. Awalnya hanya membaca cerita-cerita wisata biasa, kemudian lama-lama tertarik juga untuk membaca tips atau panduan menjadi travel blogger dst.

Ada satu artikel yang paling saya suka, di samping juga karena apa yang ditulis di situ benar-benar cocok dan sudah saya alami sendiri. Artikel tersebut berisi panduan membuat travel blog.

Saya sangat setuju dengan poin-poin yang disebutkan di situ, beberapa di antaranya:

  1. Tentang prinsip menulis, yaitu semata untuk menuangkan ilmu ataupun pengalaman. Intinya, untuk berbagi.
  2. Mulai dari yang terdekat. Ya, saya pun, ketika hendak membuat materi untuk konten blog saya, hanya memulainya dengan mengunjungi destinasi-destinasi wisata terdekat. Baru kemudian jika kebetulan ada waktu untuk mengunjungi tempat yang lebih jauh, akan saya lakukan. Yang penting ada kemauan untuk memulai, tidak harus dari tempat-tempat yang jauh dulu.
  3. Kita tidak tahu tulisan kita akan membawa kita ke mana. Yang penting, tulislah dulu. Tak peduli apakah ada yang membacanya atau tidak karena nanti akan ada waktunya sendiri, tulisan kita akan dibaca oleh orang yang tepat dan di waktu yang tepat. Rezeki bisa datang dari mana saja.

Lalu, ada juga artikel tentang panduan SEO basic untuk travel blogger. Saya pun awalnya iseng saja ketika membuka artikel tersebut.

Dan setelah membaca tuntas isinya, saya bersyukur, ternyata sejauh ini saya sudah melakukan sebagian besar panduan yang disarankan dalam artikel tersebut. Saya jadi tidak terlalu salah jalan, hahaha.

Saya berani bilang panduan tersebut adalah panduan yang hebat dan berbeda karena, ya, sejauh yang saya ketahui, memang seperti itulah tips SEO dasar yang paling mudah dilakukan.

Berbeda, juga karena isi panduan tersebut akan sangat berbeda dengan yang kalian temukan pada situs-situs di laman pertama Google ketika kalian mengetikkan “tips SEO dasar” (misalnya), yang biasanya malah kurang atau bahkan tidak efektif.

Ya, mau diakui atau tidak, kita akan selalu banyak belajar dari pengalaman. Demikian pula, naluri kita untuk survive biasanya malah muncul ketika kita sedang tidak punya apa-apa.

Membangun yang Baru Lebih Sulit Daripada Meneruskan yang Sudah Ada

Saat menyadari apa yang saya lakukan ini belum sepenuhnya mencapai hasil yang diinginkan, selain memang membutuhkan kesabaran, sebagai pemula, saya jelas butuh bantuan.

Bantuan dari orang-orang yang memang sudah berpengalaman.

Saya tidak ingin berhenti begitu saja ketika saya sudah melangkah begitu jauh. Itu ibarat kita sudah melakukan perjalanan jauh menuju tempat yang kita dambakan, tapi malah berhenti dan duduk di pinggir jalan.

Saya kembali mencari jalan keluar. Solusi untuk blog yang sedang saya rintis. Kembali membuka Google, saya mengetikkan “kolaborasi kreator travel blog” dan kemudian muncullah, di bagian paling atas, situs Nonanomad ini.

Link-nya mengarah ke laman collabs. Langsung saja saya hubungi yang bersangkutan, pemilik blog, Mbak Velysia Zhang.

Kalian penasaran bagaimana cerita ini berakhir?

Cerita ini berakhir tepat ketika kalian selesai membaca tulisan ini, tepat ketika saya mulai menulis artikel panjang ini.

Sebab, dari beberapa percakapan singkat melalui surel, saya sepakat dengan saran dari Mbak Velysia: menulis guest post. Hingga akhirnya jadilah artikel panjang ini, artikel “modus”. Hahaha …

Penutup

Lupakan soal cerita pengalaman saya merintis travel blog. Sebetulnya, yang paling ingin saya sampaikan dan bagikan adalah tentang seberapa besar kemauan dan keinginan kita untuk berbagi melalui tulisan.

Ya, tentang bagaimana kita menuliskan cerita hidup.

Entahlah, tapi tetaplah yakin (dan juga berdoa) bahwa sebuah perjuangan akan memberikan hasil yang sepadan, bahkan meski sampai hari ini kita belum juga melihat hasilnya.

Kepada kalian yang mungkin juga sedang memperjuangkan sesuatu, pesan dari saya hanya satu: tekun.

Semoga suatu hari ketekunan itu akan memberikan hasil tak terduga dan semoga artikel ini bisa memberikan manfaat meski tak seberapa.

Akhir kata, lagi-lagi, kembali mengutip dari TelusuRI,

“Jika tidak dituliskan, bahkan cerita-cerita perjalanan paling dramatis sekalipun akhirnya akan hilang ditelan zaman.”

Cerita Seru Liburan ke Australia ala Roadtrip, Tips dan Itinerary!

Pengen nyobain liburan dengan cara road trip di Australia? Baca pengalaman saya liburan ke Australia selama sebulan lengkap dengan itinerary, spot-spot yang dikunjungi, serta hal yang perlu kamu persiapkan untuk perjalanan road trip ini.

Hampir setahun saya banting tulang sebagai pejuang WHV di Australia untuk nyari dolar.

Akhirnnya di bulan terakhir sebelum visa saya berakhir, saya memutuskan untuk menjelajahi Australia.

Banyak yang datang ke Australia (khususnya bule) dengan menggunakan working holiday visa untuk traveling.

Tapi mungkin kebanyakan teman-teman termasuk saya yang datang ke Australia dengan tujuan yang berbeda, yaitu – kerja keras untuk mencari uang.

Kadang traveler lain pada heran – kenapa saya cuma stay di satu kota aja? Tidak coba kerja di farm, atau pindah ke kota lain?

Mungkin kedengarannya agak sombong sih, tapi jujur alasan saya tidak melakukan apa yang orang lain lakukan cuma satu – saya kurang tertarik.

Australia tidak pernah ada di bucket list saya.

Alasan utama saya datang ke Australia karena sebagai warga negara Indonesia, saya cuma bisa mendapatkan working holiday visa di Australia aja.

Dan sayangnya pas saya ke sana cuma bisa setahun aja (sekarang infonya bahkan bisa perpanjang sampai tahun ketiga).

Kalau soal biaya, traveling atau liburan ke Australia pastinya gimana pun tidak murah.

Guidebooks seperti Lonely Planet biasanya menyebutkan paling tidak harus menghabiskan $100 per hari kalau mau traveling di Australia.

Saya pun berpikir, kenapa saya harus mengeluarkan uang sebanyak ini tapi saya sendiri tidak tertarik dengan negara ini.

Satu bulan di Australia mungkin sama dengan 3-4 bulan traveling di negara-negara Asia.

Tapi, muncul lagi pikiran lain – saya punya style traveling yang cukup berbeda.

Saya tidak pernah merasa – Oke, saya di Bangkok berarti saya sudah pernah ke Thailand, atau, oke, saya di Sydney, berarti saya sudah pernah ke Australia.

Saya lebih senang menjelajahi sebuah negara dan benar-benar merasakan kebudayaan negara tersebut.

Saya percaya bahwa traveling bukan sekedar tujuan, tetapi pengalamannya.

Karena itu, saya akhirnya memutuskan untuk explore Australia, mumpung saya masih disini.

Pasti kalau sudah meninggalkan negara ini, saya tidak akan kembali lagi.

Rencana saya adalah tidak terlalu memiliki banyak rencana.

Saya mengamankan tiga penerbangan yaitu Sydney – Hobart, Launceston – Melbourne, dan Perth – Indonesia.

Sisanya saya harus mencari cara sendiri gimana bisa sampai ke Perth dari Melbourne tanpa harus menggunakan pesawat.

Jawabannya adalah road trip.

Tapi saya enggak punya mobil, gimana donk?

Nah, inilah tantangannya. Next, saya akan sharing tentang pegalaman saya liburan ke Australia dengan cara road trip selama sebulan.

Ohya, kalau memang cuma pengen ke Sydney saja bisa baca  itinerary jalan-jalan ke Sydney selama 5 hari ya.

itinerary road trip di australia

Itinerary liburan ke Australia ala Roadtrip

Kamu bisa contek itinerary liburan ke Australia saya, saya pergi ke beberapa kota besar seperti Tasmania, Melbourne, Adelaide, dan Darwin.

Spot-spot atau tempat wisata mana yang saya datangi? Baca terus ya.

Minggu pertama: Tasmania

Tasmania memiliki reputasi yang cukup bagus di kalangan traveler.

Banyak yang bilang kalau Tasmania itu seperti versi kecilnya New Zealand.

Bagian kecil dari Australia ini dikenal dengan keindahan alamnya yang luarnya.

Fakta lainnya, Tasmania merupakan satu-satunya bagian negara dari Australia yang berbentuk sebuah pulau.

Dari Sydney saya terbang ke Hobart.

Selama tiga hari saya menjelajahi Hobart sambil menunggu Maria, seorang gadis dari Kanada yang juga memiliki rencana yang sama untuk road trip di Tasmania.

Setelah bertemu dengan Maria, akhirnya road trip di Tasmania pun dimulai dengan mobil sewaan. Rute yang kami lalui adalah:

  • Hobart
  • Wineglass Bay
  • Ross
  • Cradle Mountain
  • Marrawah
  • Devonport
  • Launceston

Menyetir di Tasmania cukup asik. Tasmania tidak terlalu besar jadi sehari maksimum cuma 3 jam nyetir.

View-nya kurang lebih dataran luas hijau dengan gerombolan domba atau sapi.

Saya pribadi suka dengan Tasmania yang damai dan tenang, walaupun terkadang terlalu sepi sih.

Selama road trip di Tasmania, sebagian besar kami camping walaupun terkadang ketika memang lagi butuh mandi atau terlalu dingin untuk camping, kami satu atau dua kali tinggal di penginapan.

Ketika stay di Hobart, beruntung hostel yang kami tempati meminjamkan peralatan untuk camping gratis.

Ada juga pengalaman pas di Devonport, kami check-in di penginapan yang ada pub-nya.

Sebenarnya baru pertama kali saya tinggal di penginapan seperti ini, jadinya kebanyang kalau ada laki yang macem-macem.

Cuma imajinasi aja sih, ternyata tempat ini enggak seburuk yang dibayangkan.

Setelah seminggu mengunjungi tempat-tempat seru di Tasmania bersama Maria, akhirnya saya harus meninggalkan Maria dan Tasmania.

Maria melanjutkan perjalanannya sendiri di Tasmania, dan saya di drop di Launceston untuk terbang ke Melbourne.

cerita liburan ke australia hemat
Bersama Maria di Cradle Mountain

Minggu kedua dan ketiga: Melbourne – Adelaide

Tasmania sangat menyenangkan. Tapi setelah seminggu disana kangen juga sih dengan kota besar.

Pas sampai di Melbourne rasanya benar-benar happy. Tidak sabar rasanya untuk melihat apa yang bisa ditawarkan kota ini.

Di Melbourne saya sudah janjian dengan teman saya, Vivi.

Selama 4 hari kami jalan-jalan di Melbourne – dari Old Raliway Station, sampai State Library, menikmati keindahan gereja-gereja tua di kota, tidak lupa juga selfie di lorong-lorong kecil penuh dengan lukisan dan cat yang ada di Melbourne.

Seru banget! Semakin saya menjelajahi Melbourne, semakin saya jatuh cinta dengan kota ini.

Bangunan bernuansa seperti di Eropa, pepohonan hijau sebagai kanopi alami di jalanan, cafe-cafe lucu disepanjang lorong kecil.

Terbesit keinginan untuk tinggal di Melbourne.

Saya ketemu dengan seorang teman dari Belgia namanya Jef.

Dia berencana untuk road trip sampai Adelaide dan berhenti di beberapa spot tertentu.

Nebeng deh saya walaupun saya enggak tau bakalan kemana aja, ikutan sharing cost dan gantian nyetir juga.

Nah tempat yang kami kunjungi di sepanjang jalan dari Melbourne sampai Adelaide adalah:

  • Phillip Island
  • Wilsons Promontory
  • Great Ocean Road
  • Grampians

Terakhir sampai di Adelaide. Bukan cuma berdua tapi ada beberapa teman lain juga yang ikutan nebeng.

Dipikir-pikir menarik juga bagaimana kami bisa traveling hemat sama-sama dan saling berkenalan bermula dari facebook aja.

Di minggu ini berasa banget road trip-nya. Selama perjalanan kami camping dan masak sendiri untuk menekan biaya.

Baca juga: Itinerary liburan ke Korea Selatan selama 2 Minggu 

tips road trip di Australia
Bersama teman road trip di Phillip Island

Minggu keempat: Adelaide – Darwin

Selama perjalanan ke Adelaide saya terus-terusan mengecek sosmed dan website untuk mencari tebengan ke Perth, tapi enggak ketemu.

Dari sini mulai berantakan deh. Di satu sisi saya merasa aneh, road trip saya selama ini terlalu mulus seperti jalanan sutera.

Akhirnya kepentok juga deh dengan halangan.

Di Adelaide saya dapat host dari couchsurfing.

Sebagai jaga-jaga aja kalau harus stay lebih lama sampai dapat tebengan ke Perth. Worst case, saya terbang ke Perth dengan harga tiket $200.

Tiba-tiba saya punya ide lain. Gimana kalau saya ke Darwin aja dan terbang pulang ke Indonesia dari Darwin.

Harga tiket pesawat dari Darwin juga sama, $200. At least, saya bisa explore daerah outback.

Saya dapat dua tebengan. Adelaide sampai Alice Spring dan Alice Spring sampai Darwin.

Akhirnya saya memutuskan untuk ke Darwin aja dan menghanguskan tiket saya dari Perth.

Perjalanan dari Adelaide sampai Alice Spring benar-benar gila.

Saya ganti-gantian nyetir sama yang punya mobil 1532 km selama 16 jam non-stop.

Benar-benar deh pantat udah enggak berasa lagi. Yang bikin lebih sakit hati lagi, ada pesan yang masuk di inbox saya dan ada yang nawarin tebengan di hari yang sama, beberapa jam setelah saya meninggalkan Adelaide.

Wah, rasanya dipermainkan oleh hidup. Coba aja saya stay agak lamaan di Adelaide.

Datang lagi masalah lain. Jadi saya udah janjian sama traveler lain untuk ke Darwin.

Kirain Uluru, tempat wisata yang saya mau kunjungi itu sejalan dengan perjalanan dari Alice Spring ke Darwin.

Ternyata Uluru dan Kings Canyon letaknya sebelum Alice Spring.

Jadinya saya harus balik lagi deh kalau mau ke Uluru.

Bodohnya saya, saya tidak tanya ke mas ini apakah dia mau main ke Uluru.

Ketika udah ketemu baru deh dia bilang kalau udah ke Uluru dan sekarang mau lanjut ke utara ke arah Darwin.

Dengan pertimbangan yang matang, saya membatalkan tebengan ke Darwin dan coba nyari tebengan ke Uluru.

Saya bertekad tidak akan meninggalkan ke Australia sebelum main ke Uluru. Tanggung soalnya udah dekat banget.

Saya coba nyari ada enggak yang mau ke Uluru. Ketemu sih tapi pada mau langsung turun ke Alice Spring.

Dengan berat hati saya ikutan tur selama tiga hari di Uluru.

Sedih sih, soalnya saya tidak terlalu suka tur, dan biaya yang dikeluarkan tiba-tiba ngelonjak karena ikutan tur jadinya lebih mahal.

Nasi telah jadi bubur, coba untuk enjoy aja deh. Uluru, Kata Tjuta, dan Kings Canyon benar-benar luar biasa dengan khasnya masing-masing.

Saya jadinya lebih mengerti tentang Suku Aborigin di Australia apalagi ketika tur guidenya langsung yang jelasin.

Baca juga: Itinerary Liburan ke Chiang Mai dan Chiang Rai, Thailand

liburan ke australia uluru
Senangnya berhasil sampai Uluru

Salah satu pengalaman road trip di Australia berbeda yang saya dapatkan adalah tidur di swag.

Bentuk swag seperti sleeping bag, cuma lebih tebal dan besar.

Pas ikutan tur kami tidur di dalam swag aja di atas tanah, udara terbuka, dan langit berbintang sebagai atap.

Semoga tidak ada serangga atau laba-laba yang masuk.

Pada malam terakhir, kami membuat api unggun dan si mas guide memasak makanan khas Australia.

Rebusan daging kangguru dan biskuit khas yang dipanggang di atas kayu bakar.

Saya harus stay beberapa hari lagi di Alice Spring sampai saya dapat tebengan ke Darwin. Seorang gadis Jerman bernama Suzy.

Kami berdua nyetir sampai Darwin. Singkat sih, cuma dua hari aja tapi selama perjalanan kami berbagi banyak cerita.

Tidak banyak hal yang saya lakukan di Darwin.

Lima menit keluar aja saya udah keringatan seperti arus sungai. Suhu pada saat itu 34 derajat dengan kelembaban 100%. Gimana bisa tahan coba.

Baca juga: Itinerary Liburan ke Kuala Lumpur 3 Hari 2 Malam

Yang berkesan dari road trip di Australia

Yang berkesan bagi saya dari pengalaman road trip atau liburan ke Australia ini adalah pengalaman camping, masak-masak, ketemu teman baru, bushwalking, dan juga melihat binatang liar.

Selama trip ini saya melihat burung-burung yang tidak pernah saya lihat sebelumnya, binatang seperti wallaby, kangguru, koala, emi, bahkan paus liar.

Beberapa tempat yang benar-benar bikin saya takjub adalah Cradle Mountain.

Bentuk gunung dengan puncaknya yang unik. Ross, sebuah kota kecil yang memikat hati saya. Twelve Apostles, aslinya jauh lebih besar dari gambar.

Pemandangannya juga sangat luar biasa. Uluru, tidak heran kenapa banyak yang ingin kesana.

Sunset di Uluru benar-benar indah, apalagi ceritanya yang juga membuka mata.

Terakhir Valley of the Wind di Kata Tjuta, ada sesuatu yang bisa perasaan nyaman, sulit untuk dijelaskan dengan kata-kata.

Api Unggun saat di Uluru

Tips yang perlu kamu ketahui dan persiapkan untuk road trip di Australia

Ini ada beberapa tips yang mungkin bisa membantu kamu merencanakan perjalanan atau liburan ke Australia dengan gaya road trip:

1. Beli/sewa mobil atau campervan

Untuk mulai road trip di Australia pastinya kamu butuh kendaraan.

Bisa pilih mobil atau cuma sewa campervan aja. Kamu bisa coba cari traveler/backpacker lain yang ingin menjual mobil bekas mereka.

Kisaran harga untuk beli mobil bekas beragam, dari $1,500 – $7,000.

Biasanya mobil yang dipakai traveler ini sudah dimodifikasi, jadi ada tempat tidur, peralatan masak, dan peralatan camping.

Pastikan untuk memeriksa kilometer, rego (semacam STNK), dan kondisi mobil. Enggak mau kan, tiba-tiba mobilnya berhenti di tengah jalan, apalagi pas di daerah pedalaman.

Cek facebook groups seperti: Australia Backpackers, Sydney Backpackers, dan lainnya untuk mencari info jual beli mobil.

Menyewa mobil adalah cara lain yang lebih oke karena kamu enggak perlu pusing untuk menjualnya kembali.

Beberapa jasa sewa mobil memperbolehkan kamu untuk mengembalikan mobil di lokasi yang berbeda.

Beberapa perusahaan yang menyediakan jasa sewa mobil diantaranya adalah Wicked Campers, Jucy, Britz, dan Maui.

Ada sebuah situs yang menarik bernama imoova dimana kamu bisa menggunakan mobil hanya $1 aja, tapi harus mengembalikan mobil tersebut ke tujuan yang sudah ditentukan.

Kalau kamu nyetir, harus tau jarak dan lokasi tempat pengisian bensin.

Download aplikasi Fuel Map untuk informasi offline tempat isi bensin dan juga harganya di seluruh wilayah Australia.

2. Cari tebengan

Kalau kamu tidak bisa nyetir, atau solo traveler seperti saya kamu bisa coba untuk mencari tebengan sama seperti yang saya lakukan selama pengalaman road trip di Australia.

Gampang kok, yang penting kamu harus fleksibel dan mau share cost.

Kamu bisa mencari tebengan melalui grup backpacker di

10 Traveler Wanita Indonesia Berbagi Cerita Menghadapi Pandemi

Dalam menghadapi situasi pandemi yang disebabkan oleh virus Covid-19, banyak dari kita yang harus merubah kebiasaan atau gaya hidup untuk menyesuaikan diri dengan keadaan sekarang, begitu juga dengan para traveler wanita Indonesia ini.

Aktifitas yang biasanya bisa dilakukan seperti ke kantor, nongkrong sama teman, pergi ke cafe, harus dihentikan dalam jangka waktu yang tidak pasti untuk kesehatan dan keselamatan bersama.

Tentunya dampak Covid-19 sangatlah terasa bagi semua orang. Yang biasanya sering traveling baik untuk urusan pekerjaan atau sekedar hobi pun tidak bisa traveling untuk sementara.

Pertanyaan yang diajukan kurang lebih meliputi kegiatan apa saja yang dilakukan saat ini, perasaan tidak bisa traveling, dan yang terakhir tips untuk teman-teman dalam menghadi situasi pandemi sekarang.

Nah, 10 traveler wanita ini akan berbagi cerita dan juga tips dalam menghadapi situasi pandemi di Indonesia.

1. Kadek Arini

Sekarang masih sama kaya kegiatan normal, ditambah produksi konten di rumah. Dan muncul hobi-hobi baru seperti berkebun.

Ga bisa traveling, lebih ke bosen sih, karena biasanya bisa eksplor banyak tempat, sekarang gak bisa. Dari job juga pastinya berkurang, ga sebanyak biasanya. Tapi syukurnya masih datang kerjaan.

Sebagai konten kreator mesti lebih rajin ngulik konten yg berhubungan dengan stay at home sebagai alternatif. Kalau kita rajin dan kreatif, pasti rejeki akan datang sendirinya.

Rasain semua keluh kesah dan perasaan ga enak/sedihnya. Embrace it, cry if you want. Tapi habis itu jangan terpuruk terlalu lama, bangkit lagi.

Solusi dari keresahan atau kesedihan itu apa? Apakah bosen karena jadi gak ada kegiatan? Berarti solusinya cari kegiatan, eksplor hal yg bisa dilakukan di rumah.

Lakukan hal yang gak sempet dilakuin karena sibuk kerja. (Mampir ke blog Kadek)

2. Firsta

Selama pandemi, kerja selama 4-5 jam per hari. Kadang Senin-Jumat, kadang hanya 3 hari/minggu, tergantung kebutuhan.

Biasanya nyediain waktu tiap hari untuk nulis atau oprek-oprek blog, seperti update artikel lama. Banyak main sama orang di rumah, baca buku or dengerin podcast/Blinkist. Oh, sama lagi suka ngerajut hehe.

Biasa saja soal jalan-jalan (saat ini masih gak terlalu kangen sama traveling), palingan rindu jalan kaki yang lama gitu—tanpa pakai masker haha.

Awalnya ada rencana mau traveling overseas di bulan Juni, tapi sejak ramai covid19 di pertengahan Feb, sudah sadar kalau rencana tersebut harus diundur/diganti.

You’ve got this. Try to focus on the little positive things in life and it’s okay to be nervous, anxious, etc during this difficult time. (Mampir ke blog Firsta)

3. Susan (PergiDulu)

Sebetulnya ga terlalu jauh beda sih. Biasanya kalau lagi di Australia kami memang ga terlalu banyak aktivitas.

Kalau kami agak lama di Australia, biasanya kami housesitting (jagain rumah dan binatang peliharaan orang-orang yang lagi liburan).

Selain housesitting, ga terlalu banyak aktivitas yang kami lakukan sehari-hari. Paling yang belakangan ini kami usahakan adalah exercise setiap hari.

Kalo ga lari, ya jalan keliling komplek. Selebihnya kalo weekend biasanya kami explore area setempat dengan bushwalking.

Kalo lagi di rumah ya leyeh-leyeh aja, nonton tivi, masak, nonton series dan diselingi juga dengan update blog ataupun bikin video travel yang udah lama tertunda (baca: terkubur).

So far memang rencana awalnya kami bakal masih ada Australia sampai 1-2 bulan ke depan. Jadi belum ada travel plan yang terpengaruhi.

Paling yang kena effect adalah private tour Sydney yang biasanya kami lakukan saat sedang ada di sini.

Seharusnya kami ada private tour untuk libur Lebaran nanti, namun karena kondisi pandemik ini trip mereka pun terpaksa batal dan kami juga sudah full refund pembayarannya.

Rencananya Oktober kami bakal bawa grup untuk Camino de Santiago di Spanyol. Masih belum bisa dipastikan apakah bisa jalan atau tidak karena semuanya tergantung sikon di sana, tapi tentunya kami berharap bisa terlaksana.

Mungkin agak klise kalau mengutip kata Pak Jokowi tentang hidup berdamai dengan Corona. Tapi kenyataannya memang benar, kondisi ini tidak akan pulih dalam waktu yang singkat.

Jadi daripada tiap hari bertanya-tanya “kapan pandemi ini akan berakhir?”, lebih baik alokasikan energi kita dengan berpikir bagaimana cara menjalani hidup dalam situasi seperti ini.

Manusia mudah beradaptasi, oleh karena beradaptasilah dengan aturan-aturan yang ditetapkan oleh pemerintah negara masing-masing.

Jangan fokus ke energi negatif atau stress  karena situasi pandemik, lakukan hal-hal yang kamu suka, cari aktivitas atau hobi baru kalau memang bosan. Tetap semangat and see you on the other side of this pandemic! (Mampir ke blog PergiDulu)

4. Anggey Anggraini

Kegiatan sekarang re-decorate kamar, belajar masak nyoba-nyoba resep baru, Netflix-an quality time sama suami, dengerin podcast, olahraga di rumah, ngerjain beberapa kerjaan, ya sebisa mungkin ngelakuin hal positif untuk killing time pokoknya deh, hehe.

Sebagai traveler wanita Indonesia, gak bisa traveling sedih banget! Rekor terlama banget ini ampe 2 bulan lebih gak kemana-mana. Rencana traveling di 2020 dan beberapa pekerjaan pun jadi ketunda.

Ya hikmahnya dengan pandemi ini, jadi lebih banyak waktu untuk beristirahat, karena biasanya kalo traveling kan jalan on the move terus tuh.

Yang biasanya kalo bosen di rumah dikit solusinya ya jalan-jalan, eh ini ga bisaa. Ya matgay deh! Hahaha jadi anak rumahan dulu sementara.

This too shall pass! Banyak bersyukur karena di pandemi ini kita masih bisa WFH atau beraktivitas dengan aman dan nyaman di rumah aja, karena di luar sana masih banyak orang2 yang tetap harus berjuang mencari nafkah untuk keluarganya di tengah pandemi.

Di rumah aja saatnya kembangin diri kalian, banyakin olahraga biar pikiran jadi lebih fresh. Banyakin dengerin podcast inspiratif juga, dan filter bacaan berita yang isinya negatif.

5. Jennifer Anandary

Beberapa pekerjaan masih bisa dilakukan dari rumah, jadi tentu aku masih work from home selama karantina ini.

Di samping itu, jadi sering mencoba aktivitas lain yang mengasah kreativitas, misalnya buat konten dari rumah.

Beberapa kegiatan yang selama ini nggak sempat dilakukan juga sekarang jadi bisa, misalnya seperti re-decorate kamar, edit video, dll.

Nggak bisa traveling, awalnya sedih. Ngurus trip yang cancel juga repot. Tapi dipikir-pikir, ini untuk kebaikan kita semua.

Jadi makin hari makin legowo aja dan mensyukuri masih sehat sampai hari ini. Perbedaan signifikan jelas banyak sekali.

Baca juga: Pengalaman Sebagai Au Pair di Negara Lain

Job banyak yang diundur dan cancel, sehingga harus lebih ‘mengencangkan ikat pinggang’ di pengeluaran. Sebagai travel blogger, harus bisa pivot di masa nggak bisa traveling ini.

Mungkin lebih bikin konten ke arah lifestyle, atau apapun yang jadi interest kita di samping travel.

Jaga kesehatan tubuh, stay home for your own safety and your loved ones. Jaga kesehatan mental juga, kurangi paparan sosial media yang negatif, cari kegiatan di rumah yang bisa bikin lebih ‘waras’ di momen ini.

Kita nggak tahu kapan dan bagaimana pandemi ini berakhir. Survive, be adaptable to this changing situations. (Mampir ke blog Jennifer)

6. Olivia Purba

Lebih hobi memasak dan membuat kue. Sejujurnya saya memang gak pintar masak sebelum masa Corona.

Tetapi karena tidak bisa menemukan hidangan makanan Asia yang enak di Argentina, saya terpaksa harus buat sendiri masakan Indonesia.

Argentina memang terkenal di seluruh dunia dengan steak yang lezat, tapi makanan yang lain kurang cocok di lidah Asia seperti saya.

Akibat terus menerus kecewa dengan orderan makanan Asia, akhirnya saya pun belajar cara masak melalui tutorial video di Youtube. 

Bahkan pihak KBRI di Buenos Aires mengirimkan saya bumbu nasi goreng, sambal ati, rendang, santan, dan saus pedas karena mereka tau saya kangen masakan Indonesia.

Padahal bumbu-bumbu tersebut susah sekali di dapat di benua Amerika Latin. 

Baca juga: Tips Menulis Konten Blog yang Baik dan Menarik

Setiap hari saya meningkatkan keterampilan saya dengan memasak hidangan yang lebih sulit dari yang saya masak sebelumnya.

Ternyata ada hikmahnya juga di balik pandemik ini yakni, saya menemukan hobi baru saya, memasak. Eh malah saya keterusan jadi suka membuat kue juga selain memasak.

Kebetulan kerjaan saya banyak yang bisa di kerjakan secara online jadi pemasukan tetap ada.  

Perbedaan dengan masa covid ini, saya bisa fokus mengerjakan pekerjaan yang sudah tertunda dan tidak pernah saya kerjaan karena sibuk traveling seperti meng-update blog dan meng-edit video.

Selain itu saya juga sedang merampungkan buku baru yakni buku anak dengan tema traveling

 Untungnya tiket pesawat saya yang sudah terlanjur dipesan bisa di re-schedule dengan open tiket artinya saya bisa traveling dengan rute penerbangan yang sama saat kondisi sudah kondusif. 

Dengan situasi sekarang, saya semakin yakin bahwa manusia bisa berencana namun namun Tuhan yang menentukan.

Saya sudah merencanakan perjalanan ini dari tahun lalu secara detail termaksud booking semua pesawat,  booking penginapan dan menentukan rute perjalanan.

Siapa yang sangka bahwa pandemik akan muncul tepat di saat saya sedang berperjalanan.

Akibatnya semua booking-an saya harus di-reschedule atau refund dan saya terjebak di negara yang saya tidak tau bahasanya dan tidak kenal siapapun.

Namun saya memilih untuk tidak stres dan menggunakan waktu yang diberikan sekarang untuk berkreasi dan menjadi produktif karena saya yakin selalu ada rencana baik di balik semua kejadian yang kita alami. (Mampir ke blog Olivia)

7. Satya Winnie

Kalau aku udah terjadwal nih sekarang pagi beres-beres bersihkan rumah, urus tanaman, siang sampai sore ngerjain kerjaan online, sore santai main games, baca buku atau main sama binatang peliharaan, olahraga juga dan masak. Terbiasa begini jadinya. Hahahaha.

Ya, awalnya kecewa sedih, tapi ya mau gimana, ini kan di luar kendali kita. Kalau sekarang aku sudah di tahap menerima keadaan, sepenuhnya.

Jadi sudah lebih santai dan nggak stress di rumah karena ada pengalihnya kayak tanaman dan binatang peliharaan yang aku ajak main.

Buatku, ini waktu yang berharga karena aku jarang ada di rumah, cuma 1-2 kali setahun ada di rumah dan sekarang jadi bisa banyak interaksi langsung sama orang tua, rasanya menyenangkan.

Pastinya dengan filter informasi yang kita baca dan dengar, sekarang kita lakukan saja part kita masing-masing, dengan tanggung jawab pada diri sendiri, jaga kebersihan, jaga kesehatan.

Mindset-nya diubah dari menganggap rumah adalah kurungan menjadi rumah adalah tempat ternyaman dan teraman.

Untuk menhadapi situasi pandemi banyakin kegiatan seru di rumah sama keluarga juga biar gak bosan ya. Hehehe. (Mampir ke blog Satya)

8. Alexandria Samantha

Aku sehari hari memang kerjaan dikerjain dari rumah, jadi ga ada perbedaan signifikan sebelum Corona dan sekarang. Jadi 9-5 kerja seperti biasa dirumah . 

Perasaan aku biasa aja karena memang job ga ada berhubungan sama traveling.

Malahan jadi ada enaknya dirumah terus karena ternyata banyak sudut-sudut rumah yang terbengkalai selama ini sibuk jadinya ada waktu beres-beres dan buang yang udah ga kepakai.

Baca juga: Bagaimana Cara Membuat Blog yang Menghasilkan Uang?

Kebetulan juga blm ada rencana traveling jadi ga kena keadaan musti refund tiket / gagal traveling gitu.

Kalau kerjaan kalian berdampak dengan keadaan skrg ini mungkin bisa cari ide ide baru untuk memulai mencari mata pencaharian baru, kegiatan baru. memang ga mudah tapi disaat yang tidak menentu seperti sekarang.

Satu satunya cara bertahan ya memang seperti itu, sama kurang kurangin baca berita. Isinya bikin pusing. (Mampir ke blog Samantha)

9. Jovita Ayu

Dalam menghadapi situasi pandemi aku masih harus membuat konten dan mengembangkan TelusuRI walau banyak hal yang jadi tertunda atau malah cancel.

Sedih tapi senang juga karena tim malah jadi lebih sering ngobrol, karena tadinya sibuk dengan kesibukan masing-masing (timku nyebar di beberapa kota soalnya).

Bikin ngobrol di IG, di Zoom, Google Meet, semua.. bareng temen2 di industri pariwisata yang terdampak. Gali ilmu pun berbagi cerita aja udah seneng sih 🙂

Itu tadi sih, sedih, pasti. Demot, sempat. Bosan, wah gausah ditanya. Yang harusnya rencananya bulan-bulan ini aku ngider terpaksa cancel semua.

Jadi ya itu di poin 1, aku malah jadi produktif bikin2 konten bareng teman2 yang sama2 terdampak. Kita berbagi cerita.

Pun berbagi kontribusi juga, apa yang bisa kita bantu. Apa pun untuk tetap bisa bertahan. Beradaptasi dengan ‘normal baru’ jadi kewajiban.

Kalau secara personal aku malah jadi banyak refleksi diri. Mungkin teman-teman banyak waktu di rumah bisa jadi ajang untuk lebih mengenal diri sendiri. 

Coba asses value kehidupan yang selama ini mungkin gak terpikir karena ‘sibuk’.

Yakin deh, pasti jadi banyak bersyukurnya. Karena sekarang dituntut untuk melakukan dan memikirkan yang paling esensial: kesehatan diri sendiri dan orang yang kita sayangin. 

Tetap semangat, tidak ada badai yang datang untuk menetap. 🙂

10. Velysia Zhang

Karena enggak bisa kemana-mana, saya jadinya lebih sering menghabiskan waktu dalam hal pengembangan diri saja, mempelajari hal-hal baru online.

Jadi rajin update blog juga, terus rajin workout, masak